Tuk...Tuk..
Sudah sekitar 2 Minggu ini ada perbaikan di sebelah rumahku.
Itu masih punya developer.
Mereka lagi betul-betul dan menegecat ulang.
Jadi ada sekitar 4 rumah, 2 di sebelah saya, 2 di depannya.
Teangga seberang saya terganggu jadi dia protes di grup.
Kalau di tanya saya terganggu atau tidak.
Jelas jawaban saya terganggu.
Saya punya masalah dengan bunyi yang berulang dan melengking.
Seperti bunyi palu di ayun, tuk tuk.
Bunyi rengeakan anak kecil.
Bunyi bor
Bunyi gerinda.
Bunyinya menyakitkan telinga dan kepala saya.
Berakibat cukup signifikan buat saya.
Kepalaku saya sakit tak tertahan.
Pernah suatu kali di Surabaya karena bunyi seperti itu aku menabrak mobil tetangga depan rumah.
Bunyi melengking yang tak kunjung berhenti dari kegiatan pertukangan.
Membuat sakit kepala dan menggelapkan padangan saya.
Memang menggangu karena Sabtu Minggu pun mereka bekerja.
Saya tidak melapor atau memberi keluahan.
Karena aku pikir, besoak kalau saya lagi renov rumah saya akan menggangu tetaangga saya.
Saya berkeinginana tetangga saya maklum dengan keadaan kami.
Jadi sekarang saya melakukan terlebih dulu.
Jadi saya menyiasatinya dengan selalu ada musik disekitar saya.
Dengan volume yang bisa menutupi bunyi tersebut.
Ya walaupun sebenarnya ada etikanya.
Lebih baik sebelum melakukan renovasi hendaknya meminta ijin ke pada tetangga.
Permisis gitu.
Dulu depan rumah, tukannya juga permisi, belakang juga.
Nah ini kan developer, ya harusnya lebih ngerti etika.
Mandornya atau pemborongnya permisi dulu.
Kalau males berkunjung, ya langsung lapor ke RT RW.
Atau kalau tidak ada RT RW ya ke kordinator.
Kalau tidak tau tanya saptam.
jadi nanti mereka bisa mewakilkan permisi dari grup.
Sebenernya tidak keberatan untuk tetap kerja dan lembur di Sabtu Minggu.
Cuma lebih baiknya permisi terlebih dahulu.
Biar lebih sopan aja.
.
Komentar
Posting Komentar